Praktisi Kesehatan: Naiknya Kasus DBD Berkaitan dengan Perubahan Cuaca

- 24 Maret 2024, 16:10 WIB
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di permukiman warga, kawasan Puri Mutiara Raya, Cilandak Barat, Jakarta, Selasa (22/2/2022). (ANTARA/Reno Esnir)
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di permukiman warga, kawasan Puri Mutiara Raya, Cilandak Barat, Jakarta, Selasa (22/2/2022). (ANTARA/Reno Esnir) /

Mitra Jakarta - Praktisi Kesehatan Masyarakat, Ngabila Salama menyoroti bila kasus dengue (demam berdarah/DBD) yang saat ini terus meningkat berkaitan erat dengan adanya perubahan cuaca yang semakin ekstrem.

“Saya melihat fenomena kasus dengue biasanya mengalami kenaikan atau Kejadian Luar Biasa (KLB) karena berhubungan dengan cuaca atau iklim,” kata Ngabila melalui pesan singkat di Jakarta, Minggu.

Ngabila menyoroti kasus dengue di Indonesia biasa naik per tiga tahun sekali seperti yang terjadi pada tahun 2016, 2019 dan 2022 lalu. Pada tahun ini yang diprediksinya puncak dengue maju sedikit cepat, disebabkan oleh peralihan cuaca La Nina ke El Nino yang sedikit berbeda.

Baca Juga: Cegah Penyebaran DBD, Program Pemanfaatan Nyamuk Wolbachia Dimulai di 6 Kota

Menurut dia kondisi seperti saat ini perlu mendapatkan masukan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta entomology (ahli nyamuk), untuk mencari solusi serta bukti konkret terkait adanya pengaruh iklim dan cuaca terhadap pola perilaku nyamuk tertentu yang berubah dan mempengaruhi.

“Kalau iklim selain kelembapan atau relative humidity (RH), juga punya peranan penting untuk naik turunnya kasus. Juga tetesan air hujan menjadi media utama untuk modal perkembangan nyamuk,” katanya.

Sementara terkait dengan indikasi demam yang dicurigai dengue, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan itu menjelaskan bila kasus demam dengan trombositopenia yang diindikasikan terduga demam berdarah perlu dilakukan penapisan infeksi lain.

Terutama adanya infeksi virus lain seperti influenzae, parainfluenzae, adenovirus, rinovirus, campak, rubella, HMFD, cikungunya hingga mumps (gondongan).

“Perlu sampling pemeriksaan panel virus untuk surveilans aktif berbasis laboratorium dan pada kasus trombositopenia diperiksakan minimal NS1 sebagai pemeriksaan sederhana dengue, atau jika memungkinkan pemeriksaan IgM dan IgG dengue meski tidak dicover BPJS,” kata dia.

Halaman:

Editor: Yulianto

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x