Berikut Bahasa Asap Rokok yang Dapat Tingkatkan Risiko Kanker Paru-paru

- 18 April 2024, 16:05 WIB
Ilustrasi tanda dilarang merokok (ANTARA/Pexels/Markus Winkler)
Ilustrasi tanda dilarang merokok (ANTARA/Pexels/Markus Winkler) /

Mitra Jakarta - Dokter spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular RSUP Fatmawati dr. Ermono Superaya Sp. BTKV mengatakan bahaya asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama risiko kanker paru baik pada perokok aktif maupun perokok pasif.

“Kenapa rokok sumber dari penyakit kanker paru karena semua isinya bahan kimia, jadi hanya kenikmatan sementara tapi bisa menimbulkan kesulitan seumur hidup bagi diri sendiri maupun keluarga,” kata Ermono dalam diskusi kesehatan dengan tema “Tumor Paru karena Merokok? Bagaimana Mengatasinya” di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan risiko terbesar pasien terkena kanker paru adalah pria usia 50 tahun ke atas dan yang sering terpapar asap atau polusi pada pekerjaannya. Ermono juga mengatakan wanita, baik yang bekerja maupun ibu rumah tangga tidak menutup kemungkinan bisa terkena risiko kanker paru dari paparan asap rokok di rumah meskipun tidak merokok.

Karakteristik asap rokok yang dihisap sebagai asap utama dan yang keluar dari asap sampingan memiliki dua zat berbahaya, yaitu zat karsinogenik atau teratogenik yang bisa menyebabkan tumor paru.

Baca Juga: 13 Cara Alami untuk Melegakan Pernafasan yang Terganggu Akibat Penyakit Paru-Paru

Ermono juga mengatakan asap rokok tidak hanya meninggalkan bau di mulut tapi juga bisa menempel di seluruh lingkungan dan perabotan rumah tangga seperti tertinggal di bantal, baju atau pun dinding.

“Jadi harus dievaluasi, perbaiki semua, stop merokok di dalam rumah,” katanya.

Ia juga mengatakan prevalensi usia perokok juga mulai turun bahkan sampai pada anak usia 5-9 tahun sudah mulai mencoba merokok. Artinya anak tersebut bisa terkena kanker paru pada usia 14 tahun, dan yang termuda bisa pada usia 10 tahun karena paparan asap rokok yang terus-menerus di dalam keluarga.

Hal ini juga bisa terjadi karena anak bisa jadi merasa bosan sehingga mencoba hal baru karena sering melihat orang tuanya atau lingkungan sekitar yang merokok untuk mengusir kebosanan.

Halaman:

Editor: Yulianto

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah