Alasan RDF Dinilai Ramah Lingkungan dan Ekonomis

- 12 Agustus 2023, 16:15 WIB
Ilustrasi RDF menjadi solusi dalam mengatasi masalah sampah di ibu kota. (Antara)
Ilustrasi RDF menjadi solusi dalam mengatasi masalah sampah di ibu kota. (Antara) /

MitraJakarta.id – Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNas) Bagong Suyoto menilai pengolahan sampah menjadi bahan bakar (Refuse Derived Fuel/RDF) merupakan upaya yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis.

"Penjabat (Pj) Gubernur memunculkan era baru pengelolaan sampah di DKI Jakarta, yakni menjadikan bahan bakar alternatif atau RDF, bernilai ekonomis sekaligus ramah lingkungan," kata Bagong saat dikonfirmasi di Jakarta.

Teknologi itu untuk menghadapi situasi krisis klimaks pengolahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Bagong menyebutkan, langkah Pj Gubernur Heru Budi Hartono membangun RDF dengan skala besar, yakni berkapasitas 2.000 ton per hari perlu mendapat dukungan publik.

Baca Juga: Pemprov DKI Tegaskan Pengolahan Sampah Sunter Tak Dibatalkan

Menurut Bagong, sistem pengolahan sampah yang sebelumnya, yakni "Intermediate Treatment Facility" (ITF), dampak pencemarannya terlalu berisiko.

Bagong menjelaskan, setiap hari sebanyak 7.500-7.800 ton sampah DKI Jakarta dikirim ke TPST Bantargebang, Kota Bekasi. Ketika musim banjir ada tambahan sampah menjadi sekitar 12.000 ton per hari.

Sekarang, kata Bagong, hampir semua zona sudah kelebihan muatan (overload) dan gunung-gunung sampah bertambah tinggi.

Proyek RDF yang menelan anggaran sekitar Rp1,07 triliun itu diyakini akan mengolah sampah 2.000 ton per hari. Yaitu sampah baru 1.000 ton per hari dan sampah lama 1.000 ton per hari.

Halaman:

Editor: Yulianto

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah