Rutin Minum Obat Hipertensi Diyakini Tak Bikin Gagal Ginjal

- 27 Maret 2024, 21:17 WIB
Ilustrasi obat hipertensi (Pixabay)
Ilustrasi obat hipertensi (Pixabay) /

Mitra Jakarta - Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Pringgodigdo Nugroho memastikan tidak benar meminum obat diabetes dan hipertensi secara rutin dapat menyebabkan gagal ginjal.

Dia menyebutkan hal itu sebagai respon dari ketakutan sebagian orang untuk mengonsumsi obat-obatan tersebut, meski disediakan di puskesmas. Karena khawatir gagal ginjal sehingga beralih ke obat-obatan herbal.

"Justru tekanan darah yang tinggi, yang tidak terkendali, yang tidak minum obat. Juga gula darah yang tinggi, yang tidak terkendali, karena tidak minum obat, ini yang akan merusak ginjal," kata Pringgodigdo dalam "Ginjal Sehat untuk Semua" yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di kanal YouTube resminya di Jakarta, Rabu (27/3).

Selain itu, ujarnya, para ahli ginjal sedunia tidak menyarankan pasien-pasien yang punya gangguan ginjal untuk mengonsumsi obat-obatan herbal yang tidak diketahui efeknya untuk organ itu. Bahkan, katanya, ada kandungan yang malah menjadi toksik sehingga merusak ginjal.

Dia menyebutkan hipertensi serta diabetes dapat membawa komplikasi berupa penyakit ginjal kronis yang dapat menjadi penyakit ginjal tahap akhir sehingga membuat pasien harus menjalani hemodialisis atau cuci darah.

Menurutnya, sejumlah faktor risiko penyakit ginjal kronis adalah diabetes, masalah tekanan darah, penyakit jantung, baik yang diidap diri sendiri maupun karena ada riwayat penyakit itu pada keluarga. Selain itu obesitas juga dapat meningkatkan faktor risiko.

Adapun gejala-gejala penyakit itu, kata dia, adalah bengkak di anggota tubuh misalnya tangan, kaki, mata, wajah, dan tangan. Lalu ada juga gangguan saat pipis, misalnya volume pipis yang berkurang, warna yang gelap atau ada darahnya, ada busanya, dan rasa nyeri. Selain itu rasa lelah serta kehausan yang meningkat.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Perawat Dialisis Indonesia Syamsul Bahri mengatakan perlu ada peran dari perawat untuk melakukan pendekatan pada masyarakat guna membangun kepercayaan.

Dengan membangun kepercayaan masyarakat atau pasien, kata dia, maka dapat membangun persepsi serta mengubah perilaku tersebut, terutama para pasien yang masih dalam enam bulan pertama pengobatan. "Kurang dari 6 bulan, biasanya dia masih coba-coba gitu," katanya.

Halaman:

Editor: Senja Hanan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah