Ini Perbedaan Penyakit DBD, Malaria dan Tifus

- 24 Oktober 2023, 23:10 WIB
Ada perbedaan antara DBD, Tifus dan Malaria
Ada perbedaan antara DBD, Tifus dan Malaria /Twitter/X



Mitra Jakarta - Perlunya mengetahui perbedaan antara penyakit demam berdarah dengue (DBD), Malaria dan Tifus sangatlah penting. Ini agar tidak salah saat melakukan diagnosa awal.

Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr. Adityo Susilo, Sp.PD-KPTI, FINASIM menjelaskan gejala (DBD), tifoid (biasa disebut tifus) dan malaria hampir sama. Tapi, mash bisa dibedakan.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Ungkap Tujuan Siapkan Raperda Sistem Pangan

"Ini lumayan sulit, karena gejalanya sama-sama demam," kata Adityo dalam sebuah webinar kesehatan.

Adityo memaparkan DBD merupakan penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue yang ditularkan gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ciri nyamuk itu memiliki bintik-bintik putih di tubuhnya.

Salah satu kunci penting dari gejala DBD adalah demam tinggi yang muncul mendadak. Kemudian pasien juga mengalami sakit kepala hebat, mata berat, nyeri otot, dan lemas.

"Infeksi ini juga bisa mengganggu proses pencernaan di lambung, maka tidak jarang pasien juga mengalami mual, nyeri ulu hati, sehingga kemampuan makan dan minum menjadi sangat turun," jelas Adityo.

Dia mengatakan gejala itu muncul saat fase awal di mana virus sedang sangat aktif yang pada umumnya berlangsung selama tiga hari.

"Uniknya, setelah demam turun, justru kita masuk fase kritis. Ini karena antibodi mulai terbentuk dan sifatnya lebih destruktif," ucap Adityo.

"Proses perlawanan menjadi semakin hebat dan risiko syok dan pendarahan akan meningkat. Ini akan berlangsung tiga hari, tapi beberapa kasus bisa extend."

"Setelah di akhir fase kritis, demam bisa muncul lagi tapi tidak setinggi di awal. Setelah itu baru kita masuk fase penyembuhan, tentu keluhan lebih baik, trombosit meningkat, dan kondisi akan pulih," lanjutnya.

Sedangkan tifoid disebabkan bakteri Salmonella typhi yang biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi.

Menurut Adityo, gejala demam tifoid tidak mendadak seperti DBD, melainkan muncul secara bertahap.

"Demamnya mengikuti pola anak tangga, di mana dari hari ke hari, demamnya semakin tinggi," ungkap Adityo.

Adityo mengatakan salah satu yang dapat menjadi penanda demam tifoid adalah pola yang terbalik. Artinya, demam akan lebih tinggi pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari.

Dia juga menambahkan tifoid juga memiliki gejala ganggua pencernaan. Tak jarang, pasien akan mengeluh konstipasi atau susah buang air besar. Ada pula yang justru mengalami diare.

Sementara malaria merupakan penyakit yang disebabkan parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

"Malaria memiliki gejala yang lebih khas. Kita mengenal trias malaria yang menjadi keluhan spesifik penyakit ini," tutur Adityo.

Baca Juga: Alasan Kenapa Pasian DBD Perlu Minum Banyak Air Mengandung Gula

Adapun pola trias malaria tersebut, kata dia, adalah cold stage yaitu fase di mana pasien menggigil hebat, hot stage atau fase demam tinggi, dan sweating stage atau fase saat demam mulai berangsur turun tapi pasien akan sangat berkeringat.

"Berbeda dengan DBD, demam karena malaria akan turun dengan sendirinya meski tanpa obat," tutup Adityo.***

Editor: Cecep Sumitra

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah