DKI Jakarta Tambah 9 Stasiun Pemantau guna Percepat Penanganan Polusi Udara

- 18 Januari 2024, 21:20 WIB
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto meluncurkan alat pemantau kualitas udara bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 dan HUT Kota Jakarta ke-496 di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Minggu (4/6/2023). ANTARA/ Siti Nurhaliza
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto meluncurkan alat pemantau kualitas udara bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 dan HUT Kota Jakarta ke-496 di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Minggu (4/6/2023). ANTARA/ Siti Nurhaliza /

Mitra Jakarta – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menambah sembilan stasiun pemantauan kualitas udara (SPKU) di wilayahnya sebagai upaya mempercepat penanganan polusi udara pada 2024.

"Hingga saat ini, Jakarta sudah memiliki 12 SPKU bertaraf reference-grade (kelas referensi) yang sudah berjalan, dan ditambahkan lagi sembilan SPKU di tahun ini," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Asep Kuswanto saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (18/1).

Kehadiran sembilan SPKU baru ini diharapkan bisa memberikan data kualitas udara yang lebih maksimal dan bisa menjadi rujukan utama semua pihak.

Asep menyebut, pada 2025 mendatang Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menargetkan jumlah SPKU di wilayah Jakarta sebanyak 25 alat.

Baca Juga: Polusi Udara Picu Tekanan Darah Tinggi

Agar penerapannya maksimal, penyebaran SPKU di seluruh wilayah Jakarta ini juga didukung dengan regulasi lain yang bisa menaikkan kualitas udara Jakarta, salah satunya melalui zona rendah emisi.

Selama 2023, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengungkapkan data penurunan kualitas udara yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut Asep, hal tersebut bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya ada rendahnya curah hujan pada periode tersebut.

"Dibandingkan 2022, konsentrasi PM 2.5 tahun 2023 cenderung lebih tinggi terutama pada musim kemarau, dipengaruhi munculnya gejala El Nino, yang menyebabkan curah hujan rendah dalam periode lebih lama (hingga Oktober), bahkan pengaruhnya berlangsung hingga Desember," jelas Asep.

Kualitas udara di Jakarta pada Kamis sore ini semakin membaik, yakni menduduki urutan 100 besar sebagai kota dengan udara terburuk di dunia dengan kategori baik.

Halaman:

Editor: Yulianto

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah